Minggu, 22 Februari 2015

Maafkan Oemmaa (Ibu).

Madiun, 19 Februari 2015.
Tanggalnya merah ya ??? Kok merah memang kenapa? Kena darah apa kena cat ? Ahh iya, hari imlek. Pantas tanggal merah, pasti pada libur kan? iya lah, pasti.
Kawan, saya mau berbagi cerita sama kalian. sebelum bercerita bagaimana perasaan kalian kalau kalian dibenci sama orang tua kalian ? apalagi sama ibu, sakit nggak ?
Kantor tempat aku PSG otomatis libur, lalu bagaimana acara yang akan ditayangkan? masa TVnya mati juga? ya enggak lahh keles. Nggak mungkin kan semua acara TV itu disiarkan secara Live semuanya. Pasti ada yang Taping. Ya begitu juga dengan SAKTI TV, semua acara pada ditaping pada hari sebelum libur. Oke, kita kembali ke pokok awal. Rencana hari ini pulang kampung. Sebenarnya males pulang, mau ngapain coba dirumah? sama aja di kost juga mau ngapain? Buang tenaga dan uang aja kalau pulkam. Tapi kalau di kost kan bisa istirahat. Karena Ibu tanya pulang atau nggak, terpaksa saya pulang deh. Pasti kan dapat uang tambahan dari Ibu. Hari rabu saya izin cuma setengah hari karena ngejar bus kota. Bahaya kan kalau gak dapet bus, masa suruh jalan kaki Madiun-Ponorogo? kapan sampainya coba? Setelah sampai rumah.... Tadaaaaa... Menurut kalian sambutan apa yang aku dapat ????? "Kok sering pulang, ngabisin uang aja kamu.!" Penyambutan dari ibu. Jllleeegg. Hah ? Kok gitu penyambutannya? sakit nggak kalu itu terjadi pada kalian? Baru nyampak udah dapet omongan yang tidak mengenakkan hati. Capek+Sakit hati+Laper, jadi satu semuanya, sudah lengkap hidup saya. Udahh di bela-belain izin setengah hari, uang ludes sampek 50ribu. Eh ternyata kepulanganku tidak di inginkan. Kalau gini caranya kenapa aku tadi pulang segala. Nyesel kan.? Rasanya hati ini kaya dimutilasi, dihancurkan dengan bom atom yang super dahsyat. Gua bisa apa coba? Diam, nggak njawab semua pertanyaan, dan siap-siap kembali ke madiun lagi. Itu solusi yang sangat tepat. Tapi, kalian tau apa yang  terjadi sebelum aku berangkat ke madiun? Ya pasti enggak lah. (gendeng) Ibu ku ngoceh kaya burung kenari yang habis dikasih makan enak. Sampai-sampai aku menangis, dan itu diketahui oleh bapakku. Setelah itu aku tak tau apa yang terjadi selanjutnya, karena aku nangisnya dikamar mandi. Lha kok habis mandi, ibu ku nangis. Ada apa dengannya?? Sebenarnya aku tak tega melihatnya nangis kayak gitu, tapi apa daya. Aku gengsi mau nenangin dan mau tanya. Masa bodo, emang gue pikirin. Akhirnya aku mengabaikan ibu yang menangis. Lanjut berangkat ke terminal, OTW madiun dehh... Bye Ponorogo. ... Aku pergi membawa lukaa.. yang sangat amat memberatkan hati untuk kembali ke Kelahiran... :'(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar